Masuk ke daerah Kusan Hilir dan Hulu serta daerah-daerah lainnya dan kemudian menyaksikan banyak hutan habis dan diganti dengan meluasnya padang ilalang, saya seringkali teringat sebuah lagu dangdut. Lagu dengan judul sama, Ilalang, menjadi menarik untuk direnungkan. Berikut syairnya:
ILALANG
Macicha Mochtar
ilalang, ilalang,
menghalangi pandangan
ilalang, ilalang,
jadi saksi cerita malam
ilalang, ilalang,
lihat langkahku goyang
ilalang, ilalang,
tak kuasa jiwa terguncang
benar cerita burung-burung
dirimu selalu berdusta
benar kata bisik angin
kau takkan pernah setia
bukan baru sekali ini
hatiku engkau sakiti
tapi baru kali ini
mataku menjadi saksi
ilalang, ilalang,
walau cintaku malang
ilalang, ilalang,
kutak akan putus harapan
(Beberapa tahun lalu, lagu ini begitu populer. Banyak orang menyukai dan bahkan larut oleh syairnya. Konon hal itu dipicu oleh nasib penyanyinya yang tengah menuntut keadilan pada orang - seorang petinggi di negeri ini - yang pernah memberinya seorang anak, walau hanya lewat nikah siri. Kok persis nasib Kalimantan dan mereka yang dengan semena-mena memerawaninya, ya?)