Rabu, 01 Oktober 2008

romantisme getir di pantai pagatan

PEREMPUAN KUMAL DAN BAU BACIN



tanpa kita sadari, benak kita telah penuh dengan gambaran yang senantiasa menghubungkan pantai dengan kesempatan untuk berlibur, keindahan yang mempesona, tempat di mana janji-kasih diucapkan dan segala hal yang romantik dan memabukkan.

dan gambaran semacam itu tidaklah sepenuhnya keliru. di pantai-pantai kita memang terdapat berbagai macam keindahan dan romantisme. di tempat itu juga penuh dengan ruang di mana kita bisa mereparasi kelelahan dan kesumpegan. namun di tempat yang sama, sebenarnya, juga terdapat erang mereka yang tengah menyabung nyawa untuk mencari sesuap nasi dan keluh-kesah mereka yang selalu luput menggenggam rejekinya.

maka janganlah kemudian merasa tak nyaman jika di tempat yang terlanjur ditabalkan sebagai lokasi setengah-surga itu kita bertemu dengan para perempuan nelayan yang berpakaian tak secerlang para selebritis yang tengah mandi matahari. juga jangan tak enak hati jika hidung kita tak disambut dengan aroma melati krim penawar sinar matahari.

mereka berdua - si perempuan kumal dan bau bacin - adalah para peri yang senantiasa membangunkan kita dari mimpi buruk. merekalah para bidadari yang senantiasa membangunkan kesadaran kita agar tak terjebak menjadi sebuah bangsa yang lebih suka mempermanis makam katimbang mempermakna kehidupannya.

syukur pada Allah yang telah mengirimkan 'malaikat'nya untuk menjaga kita.

Tidak ada komentar: