Rabu, 01 Oktober 2008

teringat lagu dangdut

Masuk ke daerah Kusan Hilir dan Hulu serta daerah-daerah lainnya dan kemudian menyaksikan banyak hutan habis dan diganti dengan meluasnya padang ilalang, saya seringkali teringat sebuah lagu dangdut. Lagu dengan judul sama, Ilalang, menjadi menarik untuk direnungkan. Berikut syairnya:

ILALANG
Macicha Mochtar

ilalang, ilalang,
menghalangi pandangan
ilalang, ilalang,
jadi saksi cerita malam

ilalang, ilalang,
lihat langkahku goyang
ilalang, ilalang,
tak kuasa jiwa terguncang

benar cerita burung-burung
dirimu selalu berdusta
benar kata bisik angin
kau takkan pernah setia

bukan baru sekali ini
hatiku engkau sakiti
tapi baru kali ini
mataku menjadi saksi

ilalang, ilalang,
walau cintaku malang
ilalang, ilalang,
kutak akan putus harapan

(Beberapa tahun lalu, lagu ini begitu populer. Banyak orang menyukai dan bahkan larut oleh syairnya. Konon hal itu dipicu oleh nasib penyanyinya yang tengah menuntut keadilan pada orang - seorang petinggi di negeri ini - yang pernah memberinya seorang anak, walau hanya lewat nikah siri. Kok persis nasib Kalimantan dan mereka yang dengan semena-mena memerawaninya, ya?)

2 komentar:

ANGIN KALIMANTAN TENGGARA mengatakan...

Bukan hanya ilalang yg telah memperkosa hutan, tapi cangkul-cangkul dari Eropa (Cat, Caterpilar dll), telah merebut keperawanannya, dg menggali lobang di sekitar kita

agoes mengatakan...

Saat ini pun ilalang yang tertinggal mengalami nasib yang sama. di ROUNDUP. Ngenes tenan !